
Internet bukan untuk dijauhi, tapi untuk didekati.
Fakta di atas menunjukkan betapa internet itu masih didominasi oleh hal-hal yang bersifat negatif, khususnya pornografi. Sebaliknya informasi-informasi yang bersifat positif, khususnya tentang Islam, muslim maupun pesantren, masih relatif sedikit.
Ini merupakan tantangan bagi umat Islam untuk mengisi bahkan membanjiri internet dengan informasi-informasi yang positif, khususnya hal-hal yang berkait dengan Islam, muslim, pesantren, santri dan lain sebagainya.
Hal tersebut merupakan fokus perhatian Pelatihan Santri Indigo, yang diadakan di Pondok Pesantren At-Taqwa Putra, Babelan, Bekasi, Jawa Barat, 30 November-1 Desember 2009. Pelatihan yang merupakan Program CSR Telkom-Republika itu merupakan Tahap II Angkatan ke-2. Kegiatan kali ini diikuti oleh 100 santri dari 40 pondok pesantren di Bekasi dan sekitarnya. Acara tersebut dibuka oleh Kepala Cabang Telkom Bekasi, Teguh, dan Pengasuh Ponpes At-Taqwa, KH ....

Ia lalu menjelaskan mengapa Telkom dan Republika menggelar Pelatihan Santri Indigo. "Santri Indigo adalah santri yang berkarya dan berbudaya digital, mengedepankan mentalitas positif dalam mencipta dan berkarya, dan membina silaturahmi dengan membentuk Indonesia Digital Community," kata Slamet Riyanto.
Mengapa harus santri? Setidaknya ada tiga alasan. Pertama, santri memiliki potensi kemampuan kognitif. Kedua, santri memiliki dasar keagamaan dan akhlak yang baik. Ketiga, untuk menunjukkan bahwa santri mampu berkarya.
Lalu, mengapa harus internet? Slamet Riyanto mengemukakan tiga alasan. Pertama, sebagai penetrasi informasi yang beredar di dunia maya. Kedua, peredaran informasi di internet tidak bisa dikendalikan. Ketiga, agar santri tidak gaptek.
Dalam pelatihan selama dua hari itu para peserta mendapatkan beberapa materi yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan mereka, khususnya di bidang digital.


Saiful menegaskan, era digital saat ini membutuhkan budaya DIGITAL. Yakni, Dignity & Discipline (keteguhan & konsistensi karya), Innovative (inovasi tiada henti), Good governance (proses kerja yang kredibel utk kinerja lebih baik), dan Integral (holistik, interdependent, sinergi, co-evolution). Juga, Transparent (keterbukaan & sharing culture), Appreciative (saling menghargai hak karya cipta, interaktif), dan Legal (kepatuhan, be legal).
Pengamat blog, R Ajeng Nunuk Purwaningsih, yang membawakan materi Etika Ngeblog mengatakan kekuatan utama blog yaitu bisa mengungkapkan apapun sebebas-bebasnya, namun sekaligus merupakan titik terlemahnya. Karena itu penting sekali menggunakan hati nurani dan bersikap jujur. "Menuliskan sesuatu kejadian hendaknya jujur dari dalam hati , baik itu analis kejadian di sekitar kita ataupun pengalaman pribadi tergantung dari kategori apa yang hendak dituliskan . Misal menuliskan kejadian gempa di Tasikmalaya hendaknya berdasarkan fakta yang ada, kalaupun sumber berasal dari orang lain sebaiknya disebutkan sumbernya," tegas Ajeng Nunuk Purwaningsih.

Lalu? "Jabarkan setiap butir gagasan yang sudah tersusun itu ke dalam bahasa dan data yang lebih lengkap. Jadikan awal tulisan (teras/lead) sebagai kail untuk menarik pembaca, isi dengan gagasan paling kuat dan kalimat paling menyentuh. Ikuti dengan paparan atau gagasan lain yang sifatnya lebih detail," paparnya.
Untuk menjadi penulis yang berhasil, Selamat Ginting memberikan tips: "Tulislah ide Anda secara populer, karena tak semua orang ahli seperti Anda."
Satu Hari, Satu Informasi

Ia menjelaskan, saat ini di Indonesia terdapat sekitar 30 juta pengguna internet. Kalau separohnya saja, yakni 15 juta orang setiap hari mem-posting satu informasi yang positif, berarti dalam satu hari ada 15 juta informasi positif. Kalikan 30 hari dalam sebulan, jumlahnya mencapai 450 juta informasi positif. "Kalau hal ini terus-menerus dilakukan, insya Allah akan berdampak positif, yakni kita bisa turut memutihkan internet," papar Muhammad Ismail.
Ia menambahkan, sesungguhnya berdakwah lewat internet itu lebih gampang. "Dengan satu kali posting atau klik, kita bisa menyapa jutaan orang sekaligus. Dengan internet, kita dengan begitu gampang menyampaikan dakwah, dan dalam hitungan detik atau menit bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan orang. Sebab, internet itu tidak ada batasan waktu maupun batasan tempat," tuturnya.
Menurut Muhammad, media internet dapat dijadikan sebagai sistem informasi pendidikan Islam, sistem informasi kajian Islam, dan wadah untuk belajar Islam secara online. Karena itu, dia mengajak seluruh santri peserta Santri Indigo maupun santri-santri lainnya di seluruh Indonesia untuk menjadikan internet sebagai media dakwah. "Mari kita jadikan internet sebagai ladang pahala. Mulai hari ini, ayo kita posting hal-hal yang baik melalui internet," kata Muhammad Ismail Thalib. irwan kelana. Sumber www.republika.co.id
