Pimpinan sekaligus pengasuh Pondok Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, KH Hasan Abdullah Sahal sangat antusias ketika pondoknya akan dijadikan tempat pelatihan Santri Indigo. Keseriusannya dalam memfasilitasi perhelatan itu sangat nampak ketika panitia dipertemukan dengan panitia lokal yang siap membantu perhelatan pelatihan yang melibatkan 75 santri dan 25 ustad dari 30 pondok pesantren disekitar Ponorogo ini. Segala fasilitas dan layanan untuk keperluan pelatihan disipakan
Menurut Kyai Sahal, pelatihan santri indigo yang mengajarkan penggunaan internet bagi para santri dan ustad sangat penting agar para santri dapat menjadi pengawal era informasi, ia mengaku sedih melihat keterbukaan di era informasi saat ini. "Yang haram dibuka luas, yang halal ditutup rapat".
Oleh karena itu dia berharap melalui pelatihan internet pesantren wahana syiar digital ini para Santri dapat menjadi pendukung dan pengawal era informasi, sekaligus mengawasi dan mewaspadainya, agar terhindar dari hal-hal yang menyesatkan. Apalagi saat ini banyak sekali website di inernet yang tidak mendidik bahkan cenderung merusak generasi,''.
Dalam pernyataannya, KH Hasan juga sepakat bahwa umat Islam harus profesional. Sebab, ajaran Islam mengandung nilai-nilai profesionalisme. Islam adalah agama modern dan membawa umatnya pada kemajuan di sepanjang masa. Seperti Nabi Muhammad SAW, membawa cahaya yang menuntun manusia keluar dari zaman kegelapan (jahiliyah) kepada jalan keselamatan, imbuhnya.
Seiring perkembangan zaman, umat manusia kini berada dalam era teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Telepon seluler, misalnya, sudah dimiliki secara masal sehingga memudahkan orang saling terhubung kapan pun dan di manapun. Kemudian teknologi internet yang tak kalah canggihnya untuk mendekatkan dan memudahkan jarak komunikasi antarwarga dunia.
Menurut KH Hasan, pesantren tidak mau menelan mentah-mentah ICT. Pasalnya, di dalamnya sebagian besar berisikan materi haram -- contohnya adalah acara televisi -- yaitu mengandung tiga unsur 'S': yaitu syirik, sadis, dan seks. "Karena itu, kami menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu memposisikan dirinya di antara dukungan pesantren terhadap teknologi informasi sekaligus mengawal dan mewaspadainya. Demekian juga dengan adanya dunia baru internet, teknologi yang bisa menyambungkan antar manusia dari berbagai belahan dunia ini sampai saat ini isinya masih lebih banyak yang haram daripada yang halal," tandasnya.
Oleh karena itu sikap pesantren jelas yaitu akan menjadi pengawal dan pengawas perkembangan teknologi informasi," kata KH Hasan.
Terkait dengan itulah Kyai Sahal sangat berterima kasih kepada pihak PT Telkom dan Republika yang telah mengadakan pelatihan internet bagi para santri, agar para santri tidak hanya sekedar sebagai pemakai teknologi, namun juga bisa mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat bagi ummat manusia. Para santri sudah saatnya mulai berdakwah dengan menggunakan teknologi internet agar pemikirannya dapat dibaca oleh siapapun yang terhubung di dunia internet, itulah tantangan baru bagi para santri modern di era ICT ini. (Slamet Riyanto)