You Are Here: Home - Bandung , Testimoni Kyai - Kyai Haji Muhammad

Pimpinan dan Pengasuh Pondok Modern Al-Ihsan - Bale Endah - Bandung - Jawa Barat

Jika ilmu keislaman dijejerkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta life skill maka kolaborasinya akan dapat mencetak santri mumpuni, itulah cita-cita Kyai Muhammad, pimpinan dan pengasuh pondok modern Al-Ihsan - Bale Endah - Bandung - Jawa Barat.

Bagi Kyai yang alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo itu, pondok Pesantren bukan sekadar tempat belajar ilmu-ilmu agama (keislaman). Pondok pesantren modern yang dikelolanya juga dibekali dengan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta ketrampilan.

Cita-citanya itupula dituangkan dalam Visi pondoknya, ''Visi kami adalah mempersiapkan ponpes modern yang terdepan dalam prestasi, mempunyai daya saing, daya sanding dan islami dalam budi pekerti. Untuk itu, kami membekali para santrikami keseimbangan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), iman dan takwa (Imtak), serta kecakapan hidup (life skill), serta bahasa asing untuk menghadapi persaingan global,'' tuturnya.

Dengan menjiplak habis dari tempat Muhammad menimba ilmu di Pondok Modern Gontor, metode pendidikan dan pengajaran yang digunakan di Ponpes Modern Al-lhsan banyak kemiripan. ''Dalam aspek kependidikan, di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan diterapkan sistem asrama, laerning by doing, menjadikan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa resmi santri di lingkungan pesantren, serta uswatun hasanah (teladan yang baik) dari para pengasuh dan pendidik,'' jelas Muhammad.

Oleh karena itulah ketika PT Telkom dan Republika menawarkan penyelenggaraan program Corporare Social Responsibility (CSR) melalui pelatihan internet untuk pesantren langsung di iyakan tanpa harus berfikir panjang. Kyai alumni gontor tahun 1962 itu didampingi beberapa pengurus pondok sambil menikmati kurma Ajwah di kediamannya langsung memberi mandat kepada pengurus pondok untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh tim Telkom dan Republika.

Menurut Muhammad, pesantren di Indonesia yang sudah melek teknologi pada umumnya berbentuk pesantren modern yang lokasinya berada di wilayah perkotaan. Sedangkan pesantren tradisional yang sudah melek teknologi juga sudah ada namun jumlahnya belum banyak. Departemen Agama, kata dia, sudah memiliki program untuk memberikan bantuan komputer ke pesantren agar tidak gagap teknologi. Namun, untuk melek internet harus ditunjang oleh infrastruktur lain seperti jalur untuk akses internet yang disiapkan oleh PT Telkom. Kalau tidak ada infrastruktur, tentu pesantren tidak bisa akses ke internet.

Dan untuk dapat menggunakan internet perlu ada bimbingan awal agar tidak salah dalam menerapkan teknologi yang kerap di cap sebagai sarangnya pornografi ini. Oleh karena itu dalam setiap kesempatan Kyai yang juga sebagai pendiri pesantren Al-Ihsan ini tak hentinya mengucap syukur dan terimakasih kepada PT Telkom dan Republika yang telah memilih pesantrennya menjadi tempat hajatan pelatihan internet pesantren.

Muhammad juga berpesan kepada para peserta pelatihan santri indigo agar setelah menguasai ICT (Information & Communication Technology), media dakwah atau syiar Islam bagi santri bisa bertambah dan semakin mudah. Kapan pun mereka akan berdakwah, kata dia, tidak akan menemui masalah karena medianya semakin mudah. (Slamet Riyanto)