
Pelatihan yang digelar oleh PT Telkom Indonesia Tbk bekerja-sama dengan Republika ini, berlangsung selama dua hari, Selasa (27/4) dan Rabu (28/4). Sebanyak 100 santri dari 14 pesentren di Banyumas mengikuti pelatihan tersebut.
Menurut Indra Utoyo, bukti bahwa para santri tidak lagi tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan, dibuktikan apresiasi para santri yang disampaikan dalam acara tersebut. Dari kesempatan tanya jawab selama pelatihan, kebanyakan santri sudah mengetahui banyak hal tentang dunia internet dan konten-konten yang ada di dalamnya. ''Paling tidak, para santri ini sudah memiliki alamat email di internet dan juga akrab dengan situs jejaring sosial facebook,'' jelasya.
Untuk itu, tambah Indra, pelatihan yang diberikan dalam program 'Santri Indigo' dimaksudkan untuk lebih memperdalam pengetahuan para santri mengenai konten-konten yang ada di dunia maya dan juga pemanfaatannya bagi dunia Islam. Antara lain, dengan memperkenalkan fasilitas blog yang bisa dimanfaatkan secara gratis, dan memanfaatkannya bagi kemajuan dunia pesantren.
Indra juga mengakui, fasilitas berupa internet memang ibarat pisau yang bermata dua. Yakni, berupa sisi gelap yang disebut sebagai 3G, yang merupakan anonim dari girl, gambling dan game. Tapi dia menyebutkan, sisi positif dari internet juga lebih banyak lagi. ''Sisi positif dari internet ini yang kita harapkan bisa dimanfaatkan para santri seoptimal mungkin,'' tambahnya.

Dibanding Vietnam dan India yang juga sama-sama negara berkembang, prosentase sebesar ini masih kalah. Di India, dari jumlah penduduk sekitar 1 miliar jiwa, yang sudah menjadi pengguna internet mencapai 200 juta-300 juta atau sekitar 30 persen. Sementara di negera-negara maju seperti Eropa Barat, Jepang dan Singapura, angkanya bahkan sudah mencapai 100 persen.
Padahal, kata Eddy, internet bisa menjadi sarana untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki Indonesia. ''Kemajuan teknologi di bidang teknologi informasi ini, bisa menjadi sarana promosi yang efektif sekaligus juga menjadi sarana komunikasi yang murah dan efektif,'' katanya.

Sementara Pimpinan Redaksi Republika, Ikhwanul Kiram Mashuri, menyebutkan, pesantren saat ini diharapkan bisa menjadi lokomotif gerakan moral di tengah kondisi masyarakat yang semakin tidak jelas. Karena itu, untuk memperkuat pondasi keilmuan para santri, diperlukan pengembangan ilmu pengetahuan secara terus-menerus. ''Salah satunya, dengan menjadikan para santri tersebut menjadi lebih paham mengenai seluk belum dunia internet, berikut pemanfaatannya bagi syiar Islam,'' katanya.

