Pada sesi pertama hari ke-dua pelaksanaan pelatihan yang diusung Republika dan PT Telkom Tbk ini memang menghadirkan Rama -- panggilan akrab Eko Ramaditya Adikara-- yang dengan keterbatasan fisik (tuna netra) ternyata mampu memanfaatkan teknologi informasi (IT). "Keterbatasan fisik, bukan berarti hambatan bagi seseorang untuk menekuni dunia IT. Kuncinya adalah tekad dan kemauan keras untuk belajar," ungkap Rama di hadapan seratus peserta yang terdiri para santri dan pendampingnya, Kamis (28/1).
Rama banyak memberikan pencerahan dan bagi- bagi pengalaman kepada para santriwan dan santriwati peserta pelatihan ini. Khususnya dalam perjalanan hidup serta proses- proses pencapaian seperti sekarang.
Selain tekad dan kemauan, Rama juga mengajarkan ketekunan dan disiplin diri dalam melaksanakan setiap kewajibannya. Karena apa yang sekarang diraih merupakan buah dari sikap ini. Sekalipun tuna netra, ia begitu fasih dalam menguasai pembuatan software, menulis artikel, menciptakan backsound music untuk mengiringi musik games beserta seabrek kemampuan dalam memanfaatkan IT..
Antusiasme peserta pun kian memuncak, manakala ia mendemonstrasikan multi talenta yang dimilikinya dalam kondisi fisik yang jauh dari kesempurnaan, seperti halnya orang lain yang lebih beruntung. Hal ini merupakan kiat untuk memotivasi para santri peserta pelatihan ini. "Berbahagialah kawan-kawanku yang diberikan anugerah tanpa hambatan fisik. Namun anugerah ini tak akan bermakna tanpa ada tekad dan ihtiar untuk memanfaatkannya," imbuh Rama.
Doa inipula yang dipanjatkan Rama bersama para santri untuk menutup sesi pelatihannya. Hingga tak sedikit para peserta yang terharu dan tak kuasa menahan air mata atas ketulusannya dalam menaklukkan hambatan- hambatan ini.
M Rizqon (25), salah seorang peserta dari ponpes modern Al Quran, Buaran mengakui pelatihan ini memberikan banyak pengalaman baru bagi dirinya dan seluruh peserta pelatihan. Apalagi dengan kehadiran para praktisi yang selama ini telah sukses dalam menekuni keahliannya di bidang IT. Sehingga dapat menginspirasi para peserta dalam memanfaatkan pesatnya perkembangan teknologi ini.
Baginya, hal ini merupakan pengalaman sekaligus ilmu baru yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung peningkatan kemampuan para santri. "Sehingga relevan dengan program- program pendidikan di ponpes kami," ujarnya.
Sementara itu, pelaksanaan hari kedua pelatihan 'Santri Indigo' tahap ke II angkatan ke-tiga, yang digelar di pondok pesantren (ponpes) modern Al Quran, Buaran, Kota Pekalongan, Jawa Tengah kemarin banyak diarahkan untuk pelatihan praktis. Sehari sebelumnya mereka diberikan sejumlah pelatihan teori. Diantaranya dari Pakar Informasi, Indra Utoyo; Akademisi dan Pegiat Remaja, Suaida Lubis serta Kepala Biro HU Republika DIY- Jawa Tengah, Indra Wisnu Wardhana.
Sedangkan hari kedua pelatihan diisi oleh Ramaditya Adikara; Divisi Multimedia PT Telkom Tbk, Kuncoro serta pelatihan membuat blog oleh Slamet Riyanto dan M Afif dari Republika Online, Jakarta. (S. Riyanto)