You Are Here: Home - Ponorogo - Santri Dituntut Menjadi Pengawal Era Informasi

PONOROGO--Kami merasa sedih melihat era keterbukaan di era informasi ini, "Yang haram dibuka luas, yang halal ditutup rapat", demikian dikatakan KH Hasan Abdullah Sahal, pimpinan dan pengasuh Pondok Modern Darussalam

Gontor Ponorogo - Jawa TImur. Hal ini disampaikan ketika membuka pelatihan Internet Pesantren "Wahana Syiar Digital" di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo - Jawa Timur. Oleh karena itu para Santri ingin jadi pendukung dan pengawal era informasi, sekaligus mengawasi dan mewaspadainya, agar terhindar dari hal-hal yang menyesatkan. Lebih khusus lagi dengan banyaknya website di inernet yang merusak,'' imbuhnya.

Pelatihan internet pesantren yang menargetkan agar para peserta membangun dan memiliki web ini merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Telkom Indonesia Tbk bekerja sama dengan HU Republika.

Pelatihan yang diikuti oleh 100 peserta terdiri dari 75 santri dan 25 ustad ini digelar di aula pondok modern Darussalam Gontor 2 - Ponorogo Jawa Timur.

Dalam kesempatan yang sama pemimpin redaksi HU Republika Ichwanul Kiram Mashuri mengatakan bahwa "kemajuan teknologi tidak bisa ditolak, jika tidak menguasai internet akan ditelan zaman. Ibarat pedang bermata dua.

Internet masih banyak digunakan untuk hal negatif. Untuk itu kewajiban santri untuk memberi nilai positif pada internet". Kiram juga berharap agar pelatihan ini dapat terus digelar dipesantren-pesantren agar para santri bisa menjadi penetrasi informasi di dunia maya.

Perhelatan selama dua hari (23 - 24 Maret 2010) tersebut dihadiri oleh Customer Service Manager Telkom Regional V jatim Raden Lukman Hakim, CDC PT Telkom Bandung Murdono, dan Pemimpin Redaksi HU Republika Ikhwanul Kiram Mashuri, pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor 2 Husni Kamil Djaelani, SAg. dan segenap pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Dalam kesempatan yang sama Raden Lukman hakim sependapat bahwa ''Pelatihan Internet Pesantren ini harus mampu mebentuk individu yang punya budaya kreatif dalam memanfaatkan internet, sehingga muncul ide-ide yang baik yang bermanfaat bagi masyarakat,'' katanya.

Pelatihan yang akrab dengan sebutan Santri Indigo ini merupakan pelatihan tahap II angkatan ke 4 yang melibatkan 40 pesantren diwilayah Ponorogo dan sekitarnya. Untuk memberi motivasi kepada para peserta pelatihan juga menghadirkan Prof Imam Robandi, guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Dalam motivasinya Robandi mengatakan bahwa banyak yang gagal menguasasi ICT (Information Communication and Technology) karena tidak cerdas dalam menyikapinya. Maka, supaya efektif, ia menyarankan untuk menguasasi

ICT dengan cukup fokus pada teknologi terkini. ''Kuasailah teknologi dari yang paling belakang (keluaran terakhir) atau minimal ekornya. Bahkan, mempelajari ICT itu bisa dipotong-potong. Tapi, jangan menunda-nunda dengan alasan menunggu hadirnya teknologi terbaru,'' tutur pakar elektro yang sejak SMP suka mengutak-atik dan bongkar pasang radio, sekaligus memperbaikinya. Slamet Riyanto
Tags: Ponorogo