Ketika zaman revolusi, banyak pejuang kemerdekaan muncul dari pesantren. Dan ketika zaman pembangunan dimulai hingga saat ini pun, banyak tokoh, pejabat, dan kaum intelektual yang lahir atau berbasis pendidikan pesantren. Ini tentu sangat menggembirakan.
Mencermati peran dan kedudukan pesantren yang strategis itulah, maka PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dan harian Republika terus berupaya memajukan lembaga tersebut dengan sejumlah program pendidikan. Salah satunya adalah program pelatihan santri Indigo ( Indonesian Digital Community ). Dan setelah sukses menggelar tahap pertama, pada tahun lalu, kini Telkom dan Republika kembali menggelar pelatihan serupa tahap kedua dari Oktober 2009 hingga April 2010. Pelatihan ini akan digelar di sejumlah kota, yaitu Yogyakarta, Jakarta, Ponorogo, Ciamis Pekalongan, dan Purwokerto. Targetnya, sekurangnya bisa melatih 500 orang santri.
Vice President Public & Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia, mengatakan, salah satu problem yang dihadapi Indonesia saat ini adalah adanya kesenjangan digital. Untuk mengatasi permasalahan ini, butuh dukungan banyak pihak.
Telkom, lanjutnya, punya komitmen untuk ikut mengurangi kesenjangan digital, khususnya di kalangan pesantren. ''Apalagi kami sadari pesantren memiliki peran yang sangat strategis karena merupakan sumber ilmu, agama, dan pengembangan teknologi seperti pertanian atau peternakan. Begitu strategisnya kedudukan pesantren maka Telkom berkomitmen untuk mengatasi kesenjangan digital di kalangan santri dengan mengadakan pelatihan santri Indigo,'' ujar Eddy kepada Republika , pekan lalu.
Menurutnya, jumlah santri yang ikut serta dalam pelatihan ini bukan menjadi hal yang terpening. Namun yang lebih utama adalah multiplier effect dari pelatihan ini yang bisa dirasakan masyarakat luas. Dengan demikian manfaat pelatihan akan lebih dirasakan rakyat Indonesia.
Untuk mendukung hal tersebut, Telkom telah menyiapkan sejumlah perangkat pendukung. Antara lain broadband access dan speedy . Saat ini jumlah pelanggan speedy telah mencapai 1,1 juta orang di seluruh Indonesia. ''Dengan pelatihan santri Indigo ini diharapkan jumlah pemakai internet di Indonesia semakin bertambah. Saat ini pengguna internet sekitar 25 hingga 30 juta orang atau hanya sekitar 8 hingga 9 persen dari total penduduk Indonesia. Jumlah ini masih sangat sedikit,'' terang Eddy.
Minat tinggi
Dijelaskan Eddy, pelatihan santri Indigo tahap pertama pada tahun lalu telah digelar di enam kota, yaitu Depok, Bandung, Tangerang, Ciamis, Cirebon, dan Sukabumi. Sekitar 500 orang santri tercatat telah mengikuti pelatihan ini.Dari hasil evaluasi tahap pertama, minat santri untuk mengikuti pelatihan ini tinggi. Mereka sangat tertarik terhadap perkembangan teknologi informasi dan digital.
''Pelatihan ini juga sangat bermanfaat untuk syiar Islam lewat internet. Juga bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta kompetensi para santri. Dan mereka ingin agar pelatihan ini terus dilanjutkan. Ini sesuai dengan komitmen Telkom,'' jelas Eddy.Sementara itu, pelatihan santri Indigo tahap kedua bertajuk pesantren goes to digital pada masing-masing pesantren akan diberikan dalam bentuk workshop selama dua hari.
Di hari pertama para santri akan diberikan motivasi dan teori tentang beberapa bidang ilmu digital yang diperlukan oleh mereka. Antara lain tantangan para santri di era digital, mental positif dalam memanfaatkan teknologi, belajar di internet, dan sebagainya.
Di hari kedua, para santri akan langsung praktik di komputer dengan mengaplikasikan materi yang diberikan di hari pertama. Di hari kedua ini diharapkan para santri bisa membuat digital library (untuk pesantren mereka), blog , membuat networking , dan sebagainya.
Direktur IT & Supply (CIO) Telkom, Indra Utoyo, mengatakan, agenda jangka panjang yang ingin dicapai dari pelatihan santri Indigo adalah menuju ekonomi kreatif dan membangun budaya digital menuju industri kreatif yang sehat.
Budaya digital tersebut terdiri dari dignity & discipline (keteguhan & konsistensi karya), innovative (inovasi tiada henti), good governance ( compliance untuk kinerja lebih baik), integrative (menyeluruh, interdependen, sinergi, koevolusi), transparent (keterbukaan & kultur berbagi), appreciative (saling menghargai hak karya cipta, interaktif), dan legal (bukan bajakan).
''Pelatihan ini merupakan upaya Telkom group untuk berpartisipasi mendayagunakan potensi cipta dan karya bangsa, bagi manfaat dan kepentingan yang luas. Juga untuk menciptakan suatu industri berbasis cipta dan karya yang sehat dan menyehatkan,'' papar Indra. anjar fahmiarto
Para Pengajarnya Para Tokoh Nasional
Pelatihan santri Indigo yang digelar Telkom-Republika adalah terobosan untuk mengenalkan teknologi informasi dan digital kepada kalangan santri dan pesantren di Indonesia. Penguasaan dua hal tersebut sangat penting di era sekarang ini. Hal tersebut sesuai dengan jargon yang banyak didengungkan yaitu siapa yang bisa menguasai informasi maka dia akan menguasai dunia.
Yang menggembirakan, minat santri untuk mengikuti pelatihan ini ternyata sangat tinggi. Rasa keingintahuan mereka terhadap perkembangan yang terjadi di bidang teknologi informasi dan digital begitu besar. Selain karena materinya yang bagus, ketertarikan para santri untuk mengikuti pelatihan ini juga disebabkan para pengajarnya yang beragam dan merupakan orang-orang hebat. Mereka adalah para profesional dan ahli di bidang teknologi informasi dan digital.
Materi yang diajarkan antara lain internet sebagai wahana syiar digital, teknik penulisan jurnalistik, teori membuat blog, internet connection . Selain itu juga motivasi, how to promote your blog , digital kreatif, workshop membuat blog , dan community development .
Sedangkan sejumlah tokoh dan orang hebat yang pernah menjadi pengajar dalam pelatihan ini antara lain Ahmad Heryawan (gubernur Jawa Barat), Mario (personil grup musik Kahitna), Indra Utoyo ( Direktur IT & Supply Telkom), Bahrul Hayat PhD (Sekjen Depag). Selain itu Ibrahim dan Mustafa (personil grup musik Debu), Prof Dr Jimly Asshiddiqie (mantan ketua Mahkamah Konstitusi), Gilang Ramadhan (musisi), dan Muhammad Nuh (mantan menkominfo dan mendiknas saat ini), serta wartawan republika. jar