You Are Here: Home - Ciamis - Santri Digital yang Siap Sebarkan Syiar Digital

Lewat internet, masyarakat bisa mendapat informasi lebih cepat dibanding media televisi atau radio

Kebutuhan akan media internet dewasa ini diklaim menjadi kebutuhan penting yang harus senantiasa terakses. Kebutuhan tersebut sudah tidak memandang lagi jenis kelamin, usia , batasan adat, suku atau lokasi yang jauh.

Semuanya sepakat bahwa internet harus selalu terhubung dalam jangka waktu tertentu. Karena sudah tidak ada batasan lagi tentang siapa dan dimana lokasi yang tepat untuk mengakses internet, maka seringkali kecanggihan teknologi berbasis digital itu membuat orang-orang yang terlibat di dalamnya menjadi salah kaprah.

Dengan alasan itu, PT Telkom Indonesia bersama Harian Republika menyelenggarakan acara Santri Indigo di Pesantren Darussalam, Kec Cijeungjing, Kab Ciamis, Jawa Barat. Acara tersebut digelar selama dua hari pekan lalu.

Mengambil
tema Internet Pesantren Sebagai Wahana Syiar Digital, acara berlangsung di Aula Pesantren dan diikuti 75 santri dari 25 pesantren yang ada di 12 kecamatan di Kab Ciamis.

Dalam sambutannya, Direktur IT dan Supply PT Telkom Indonesia, Indra Utoyo menyebutkan, media internet saat ini benar-benar sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Menurut dia, lewat internet, masyarakat bisa mendapat tambahan informasi yang lebih cepat dibanding media televisi atau radio.

''Jadi sebenarnya internet bisa memberikan dampak yang positif bagi perkembangan cara berpikir masyarakat. Dengan catatan, masyarakat diarahkan untuk menggunakannya dengan benar, '' kata Indra yang langsung disambut tepukan tangan meriah.

Indra memaparkan, dengan diadakannya kegiatan pelatihan tersebut, diharapkan juga para santri bisa menjadi generasi digital yang mumpuni. Apalagi, sambung dia, ilmu yang dimiliki santri sudah lebih dari cukup untuk bisa membawa pengaruh baik bagi generasi muda lainnya.

Konsep digital sendiri, menurut Indra, bisa dipaparkan melalui rangkaian penjelasan masing-masing huruf. Yakni, D untuk dignity atau kedisiplinan dan kebanggaan, I berarti inovasi tiada henti untuk memberikan yang terbaik. G untuk good alias baik dan beretika, I berarti integral atau berpikir dan bersinergi dan T yang berarti transparan yang berarti juga melambangkan sebagai budaya transparansi dan partisipasi. Sedangkan A berarti apresaiatif atau menghargai hasil sebuah karya dan mampu menciptkan inovasi karya. Dan L berarti low atau selalu rendah hati. Demikian ungkap Indra dengan sangat detail.

Sementara itu menurut Kepala Kantor Cabang PT Telkom Ciamis, Rosanto, khusus untuk kegiatan pelatihan ini, Telkom menyediakan jaringan internet Speedy baru ke pesantren tersebut. Jaringan tersebut memiliki kecepatan akses hingga 600 kbps atau hampir dua kali lipat dari kecepatan biasa yang hanya 384 kbps.

Dibukanya jaringan baru, menurut Rosanto, karena sebelumnya di kawasan tersebut belum ada warga atau lembaga pendidikan yang memasang internet Speedy. Kebanyakan, jelas dia, warga memasang inter Telkomnet Instan.

Dijelaskan Rosanto, PT Telkom sendiri akan terus berkomitmen untuk meluaskan jaringan internet Speedy-nya ke seluruh kecamatan yang dilayani Kancatel Ciamis. Komitmen itu, sekaligus sebagai layanan penuh bagi masyarakat yang selalu menjadi konsumen setia PT Telkom.

Acara pelatihan sendiri dilaksanakan secara maraton sejak pagi hingga sore. Diselingi waktu isitirahat saat Shalat Dzuhur, para peserta diberikan berbagai materi pelatihan yang sangat bermutu.

Yang menarik, meskipun tema yang diambil fokus ke pelatihan internet, namun panitia juga memberikan materi khusus berupa teknik penulisan yang dibawakan langsung oleh Kepala Redaksi Perwakilan Jawa Barat HU Republika, Irfan Junaidi.

Konsep acara memang dilatarbelakangi oleh riset yang dilakukan tim ROL (Republika on-line). Ketika dilakukan riset mengenai jelajah kata pada situs melalui situs penjelajah Google, hasilnya sangat mengkhawatirkan. Untuk pencarian kata porno saja, pada 23 Desember 2007 ditemukan di 229 juta situs. Kemudian, saat UU IT diberlakukan pemerintah RI pada medio April 2008, pencarian serupa dilakukan lagi dan hasilnya terjadi penurunan sebanyak 26 juta situs yang mengandung kata porno.

Namun, penurunan itu hanya berlaku sesaat saja karena pada saat dilakukan pencarian serupa pada Ahad (22/6) lalu, ternyata situs yang mengandung kata porno jumlahnya sudah meningkat menjadi 213 juta. Fenomena itu

Jelas sangat mengerikan. Karena, hampir sebagian besar pengguna internet adalah anak muda dan remaja. Fakta itu semakin menguatkan bahwa kecanggihan internet masih sering disalahgunakan oleh penggunanya. Karena itu, melalui acara ini diharapkan dapat memberikan bekal kepada anak muda untuk bisa memaksimalkan internet sebagai media yang benar. Oleh santri, internet bisa dijadikan sebagai media dakwah digital. Melalui blog, santri bisa menyebarkan pikiran baiknya ke semua pengguna internet di seluruh dunia.

Seperti pada acara Santri Indigo sebelyumnya, para santri diajari membuat blog, meskipun sebagian dari mereka telah memiliki kemampuanj tersebut. Hasilnya kini semakin banyak pesantren yang memiliki siswa dengan kemampuan lebih dalam pemahaman terhadap dunia maya tersebut. Sumber: REPUBLIKA,01 Juli 2008, Hal:24
Tags: Ciamis