
Pelatihan teknologi digital amat penting bagi para santri. Seorang ustadz mendadak diminta mengisi khotbah Jumat. Dia tak sempat lagi menyiapkan bahan tertulis.
Tapi, dia bisa mencari bahan di khutbahjumat.wordpress.com. Dalam waktu singkat ia dapat memperoleh bahan yang diperlukan.
Dulu orang belajar Alquran harus di surau tiap malam. Sekarang bisa belajar Alquran melalui Alquran digital kapan saja dia mau. Dulu butuh berjilid-jilid kitab untuk menyimpan ribuan hadis Bukhari dan Muslim maupun kitab-kitab klasik lainnya. Sekarang ribuan hadis dan isi kitab tadi bisa disimpan dalam satu keping CD.
''Begitu banyak manfaat dan kemudahan yang dihadirkan oleh teknologi digital, termasuk untuk keperluan dakwah. Karena itu, para santri perlu melek teknologi digital atau internet,'' kata Muhammad Fahmi Aulia, senior Information Technology (IT) Bussiness Development Relax.com pada Pelatihan Santri Indigo yang diselenggarakan oleh PT Telkom dan Harian Umum Republika Santri Indiigo adalah program Corporate Social Responsibility (CSR) kedua lembaga ini untuk kalangan pesantren . Pelatihan Santri Indigo angkatan pertama diadakan di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok, Jawa Barat, Sabtu-Ahad (22-23/12).
Pelatihan yang diikuti oleh wakil-wakil santri dari sejumlah pesantren di Depok itu dibuka secara resmi oleh Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail. Hadir dalam acara ini, Chief Information Technology Telkom, Indra Utoyo, Eksekutif General Manager Telkom Divisi Regional Jakarta Adeng Ahmad, GM Telkom Bogor Pasabri dan Pemimpin Redaksi Republika, Ikhwanul Kiram Mashuri.
Pemimpin Redaksi harian umum Republika, Ikhwanul Kiram Mashuri mengatakan, kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada para santri mengenai kemampuan di bidang digital. ''Kita berharap dari pelatihan ini para peserta dapat menularkan ilmunya kepada santri-santri lain di pesantren masing-masing, sehingga akan lahirlah santri digital. Yakni, santri yang melek teknologi digital dan dapat memanfaatkan teknologi tersebut untuk berdakwah kepada masyarakat luas,'' ujarnya.
Sangat strategis
Menurut Ikhwanul Kiram, kegiatan Santri Indigo merupakan perluasan kerja sama CSR Telkom-Republika untuk Pelatihan Guru yang digelar sejak lebih setahun lalu. ''Adalah Bapak Rinaldi Firmansyah (dirut Telkom, red) yang mengusulkan agar pelatihan guru tersebut diperluas ke pesantren. Beliau beralasan, pesantren merupakan lembaga yang sangat strategis bagi perkembangan masyarakat Indonesia. Dan pesantren serta para santri yang memahami teknologi digital dengan baik akan mempunyai peran yang sangat penting bagi kemajuan bangsa,'' papar Ikhwanul Kiram.
Chief Information Technology Telkom Indra Utoyo menyatakan sangat menghargai Republika atas inisiatif bersama meluncurkan pelatihan Santri Indigo. ''PT Telkom mendukung sepenuhnya pelatihan Santri Indigo ini. Kita berharap dari kegiatan ini akan lahir santri-santri yang berkarya dan berbudaya digital, mengedepankan mentalitas positif dalam mencipta dan berkarya, dan membina silaturahmi dengan membentuk Indonesia Digital Community (Indigo),'' tandasnya.
Penguasaan teknologi digital, kata Indra, sangat penting bagi para santri. ''Era digital dan teknologi digital telah mempersingkat jarak dan waktu yang harus ditempuh oleh umat manusia untuk meraih kemajuan-kemajuan. Era digital membuka begitu banyak peluang bagi manusia untuk meraih berbagai hal, termasuk dalam bidang ekonomi. Kalau para santri memahami teknologi digital, kita harapkan tidak hanya muncul digital community di berbagai daerah (pesantren), tapi juga sekaligus business community,'' tutur Indra Utoyo.
Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ismail menyambut gembira kegiatan pelatihan yang diadakan oleh PT Telkom dan Republika tersebut. ''Internet ibarat pisau bermata dua. Banyak manfaatnya, tapi kalau salah menggunakan bisa merugikan. Sebagai contoh, banyak orang yang gagal dalam bidang pendidikan gara-gara internet. Tapi , juga tidak sedikit orang yang berhasil dalam bidang bisnis maupun lainnya, karena memanfaatkan internet, '' kata Nur Mahmudi.
Agar tidak gatek
Nur Mahmudi menambahkan, pelatihan Santri Indigo sangat penting untuk membekali para santri mengenai kegunaan internet sekaligus mengingatkan mereka akan bahaya internet bila disalahgunakan. ''Pelatihan ini sangat penting agar para santri tidak gagap teknologi (gatek). Dengan demikian, citra bahwa pesantren itu identik dengan kekumuhan, kebodohan, dan ketinggalan teknologi, sedikit demi sedikit dapat dihapuskan, '' kata Nur Mahmudi yang dalam kesempatan itu juga tampil dalam sesi pemberian motivasi untuk para santri.
Wali kota mengingatkan kepada para santri, makin mereka mengenal internet, maka ada tiga gangguan utama, yakni pornografi, kemaksiatan, dan hura-hura. ''Karena itu, milikilah mentalitas positif. Jadikan internet sebagai sarana untuk makin mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menciptakan bermacam-macam kreativitas yang baik. Jangan biarkan internet membuat kita terbuai untuk melakukan hal-hal yang sia-sia,'' tandas Nur Mahmudi Ismail.
Ketua Panitia Pelatihan Santri Indigo, Dedik Supardiono mengatakan, pelatihan tersebut diikuti 60 santri dan 15 ustadz yang berasal dari sembilan pesantren di Depok. Yakni, Pesantren Al-Hamidiyah, Pesantren Al-Hidayah, Pesantren Hidayatullah, Pesantren Al-Ittihad, Pesantren Al-Karimiyah, Pesantren Nurul Huda, Pesantren Qatrun Nada, dan Pesantren Nurul Zahra.
Ia menyebutkan, kegiatan 'pesantren goes to digital ' ini diberikan kepada santri dalam bentuk workshop selama dua hari. Hari pertama berupa motivasi dan teori tentang beberapa bidang ilmu digital yang diperlukan. ''Sedangkan hari kedua, santri langsung praktik di komputer untuk membuat digital library, blog, networking, dan lain-lain,'' ujar Dedik Supardiono.





